Minggu, 31 Oktober 2010

Shine : Resensi Buku "Travelers's Tale"

Bayangkan empat orang dengan empat karakter dan empat latar belakang yang berbeda. Bersahabat sejak kecil hingga usia tigapuluhan, dan membentuk rantai cinta yang pelik: Jusuf mencintai Farah, Farah mencintai Francis, Francis mencintai Retno. Sebelum kamu terlanjur membayangkan terlalu jauh, untungnya nggak ada loopback Retno memendam cinta pada Jusuf :D .
Keempat sahabat itu kemudian bekerja di empat benua yang berbeda. Dunia masih aman dan damai sampai Fracis mengirimkan email undangan pernikahannya dengan seorang gadis Barcelona. Retno datang dari utara. Farah dari timur, dan Jusuf dari selatan untuk dengan tujuannya masing2. Persamaan dari semuanya adalah keterbatasan dana dan semangat petualangan backpacker.

Buku ini ditulis oleh empat orang, di mana setiap penulis bertugas menghidupkan satu karakter sekaligus mengisahkan perjalanan karakter tersebut. Cerita dipenggal2 sedemikian rupa, sehingga setiap bab merupakan cerita dari tokoh yang berbeda. Sekilas terkesan membingungkan, tapi di tangan keempat penulis buku ini, malah jadi mengasyikkan. Istilah Wimar Witoelar dalam kata pengantar novel ini, kita seperti berada di atas karpet terbang. Atau mungkin seperti meminjam Pintu Ke Mana Saja milik Doraemon:) .
Tokoh2nya pun cukup solid. Retno yang kalem, tapi bisa keluar ide2 anehnya saat bersama Francis (ini Ninit ya?). Farah yang spontan (Alaya?). Jusuf yang gila, walaupun nggak seabsurd tokoh2 rekaan Adhitya Mulya lainnya (kecuali soal tanpa celana itu ya). Sayangnya kok gue kurang bisa mendapatkan karakter Francis secara utuh ya (Iman?).
Walaupun kadang gue merasa penggambaran kota2 yang dilewati masih kurang, Travelers’ Tale berhasil membuat orang tergiur untuk berwisata murah. Menjadi seorang traveler yang berbelanja pengalaman di negara orang, bukan hanya menjadi tourist yang berbelanja barang. Travelers’ Talejuga berhasil menawarkan konsep bercerita yang segar karena dan nggak membosankan karena, ya itu tadi, diceritakan bergantian. Travelers’ Taleberhasil menggambarkan indahnya pelangi persahabatan antar sukubangsa atau ras. Dan Travelers’ Tale (baca: Jusuf) berhasil membuat gue ketawa2 sendiri di jam istirahat kantor seperti orang kesambet.
Akhir cerita yang nggak 100% happy ending malah memuaskan gue. Menyisakan satu pertanyaan yang menggantung, justru menjadi realistis, dan membuat gue ngelangut.
Intinya buku ini sangat direkomendasikan deh! Terutama untuk penikmat novel cinta yang nggak mendayu2, dan untuk yang suka atau bercita2 untuk bisa traveling ke berbagai negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar